KONEKSI ANTAR MATERI – COACHING

Oleh Wardayadi CGP Angkatan 3 SMAN 1 Bambanglipuro

A.      Kesimpulan

Menjadi guru tentunya perlu pula mempunyai ketrampilan menjadi coach, karena guru menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi)  agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Kemudian  apa apa yang dimaksud dengan coaching, coach dan coache? Arti oaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi,berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coach adalah pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching sedangkan coachee adalah penerima kegiatan dan manfaat kegiatan coaching. Siswa atau  murid  di sekolah mempunyai potensi dan karakter yang berbeda-beda, Sebagai  guru, kita mempunyai tugas  untuk memfasilitasi kepada  mereka agar selalu berkembang. Kompetensi dasar yang harus kita miliki agar menjadi coach yang hebat bagi murid-murid adalah:

1.      Keterampilan membangun dasar proses coaching

2.      Keterampilan membangun hubungan baik

3.      Keterampilan berkomunikasi efektif

4.      Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Dari keempat kompetensi dasar tersebut di atas, sangat berkaitan  dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Mengapa? Karena dalam proses coaching sendiri membutuhkan pendekatan sosial dan emosional kepada murid. Dimana kita harus bisa membangun hubungan baik, berkomunikasi yang baik dengan murid, dan memahami kebutuhan-kebutuhan tiap murid. Jadi dengan menguasai teknik-teknik pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial-emosional, dan coaching, guru telah siap untuk memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Karena dari ketiga pembelajaran tersebut semuanya berpusat pada murid.

Proses coaching berbeda dengan mentoring dan konseling. Seorang coach (pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching)  tidak langsung memberikan solusi atas permasalah yang dihadapi oleh coachee (penerima kegiatan dan manfaat dari kegiatan coaching) melainkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan rangsangan atau pemantik agar coachee menemukan alternatif solusinya sendiri.

Alur coaching yang banyak digunakan adalah TIRTA. Alur tersebut  dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan dalam kegiatan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk menemukenali dan menggali  potensi coachee atau murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

TIRTA adalah akronim  dari:

T: Tujuan

I: Identifikasi

R: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

B.       Refleksi Untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid ternyata tidaklah gambpang. Perlu usaha dan kerja keras serta komitmen dari seorang guru untuk memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya dan rekan sejawat sebagai coachee Salah satu caranya yaitu dengan terus meningkatkan kompetensinya. Guru dituntut untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan belajar tiap murid yang berbeda-beda dengan memberikan pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus bisa mengenali emosi dan membangun hubungan sosial-emosional dengan murid, dan juga guru harus bisa menjadi seorang coach bagi murid-muridnya dalam rangka mengembangkan segala potensi yang ada pada murid. Guru yang berperan sebagai coach menunjukan sebuah pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk itu marilah kita semua belajar dan terus belajar demi kemajuan dan perkembangan murid-murid kita.

Tinggalkan komentar